Rabu, 17 Agustus 2016

MY OPINION PART 3

                                         [[Kebutuhan dan Keinginan]]



Apa kebutuhanmu? Apa keinginanmu? Ketahuilah apa yang menjadi kebutuhan dan keinginanmu. Bedakanlah.

Terkadang manusia tidak dapat membedakan mana yang menjadi kebutuhan dan mana yang menjadi keinginan. Beda tipis dan ini yang menjadi masalah.
Terkadang manusia tergiur oleh mode zaman sekarang dimana era peralihan teknologi sudah menguasai dunia.

Sebenarnya, kebutuhan kita Cuma sedikit. Sedangkan keinginan kita yang banyak dan tak terbatas. Ini yang menjadikan kita tidak bersyukur dan selalu melihat keatas.
Ketahuilah, masih banyak yang dibawah kita yang ingin kebutuhan mereka tercukupi namun belum terpenuhi.
Sedangkan kita? Kita rakus dengan keinginan kita yang banyak dan sering berganti.

Namun, kita rasa yang paling penting.... tidak ada yang benar pun tidak ada yang salah dari kita semua.
Karena pada dasarnya kita dihadirkan di dunia untuk berfikir dan membedakan dalam menghadapi kehidupan. Membedakan mana yang baik dan buruk, kebutuhan dan keinginan, atau yang perlu diperjuangkan atau yang kita tinggal.

Kalau manusia hanya ingin memenuhi keinginannya saja, maka tidak dapat dibayangkan manusia akan menjadi rakus dan egois.
Maka bedakan mana yang menjadi keinginan dan mana yang menjadi kebutuhanmu. Lalu bersyukurlah kalau kebutuhanmu sudah terpenuhi. Kalau belum bekerja keraslah.

"kerja nyata dan kerja cerdas"-Soekarno


17-08-2016
Yustisia F.

MY OPINION PART 2


                  [[Berubah]]


Berubah (n) keadaan yang tidak sama dengan yang dahulu (lebih baik atau lebih buruk).
Sejauh apapun kamu berubah dan mencoba mengevaluasi kesalahanmu, akan selalu ada yang masih melihatmu dengan yang terdahulu.

Tak usah risau, tetaplah selalu perbaiki diri dan mencoba menjadi lebih baik.
Karena menilai dari segi pandangan kamu, dia, mereka dan kalian sangatlah berbeda.
Ada yang memandang kita with have a good trackrecord or bad trackrecord. Meskipun itu benar atau salah.
Cueklah. Karena menanggapi semua sudut pandang tiap manusia hanya membuang waktu saja.
Ada yang menilai kamu dari keirian, kejelekan, kedengkian atau kebaikanmu,

Pepatah pernah menyebutkan ”sebesar kebaikanmu akan terlupakan dengan satu kejelekanmu” manusia pasti pernah melakukan kesalahan. Baik disengaja maupun tidak sengaja. Baik belum diketahui seseorang maupun sudah ketahuan.
Hanya Tuhan yang dapat melihat sifat dan akhlak tiap manusia.
Tetaplah pada fokusmu.

Jangan pernah melihat hinaan dari sekitarmu..  karena mereka hanya ingin menjatuhkanmu.
Dengarlah saran dari sekitarmu.. karena mereka ingin kamu menjadi lebih baik lagi. Bedakan itu.
Tetaplah berada diatas cacian dan pandangan tiap orang yang berbeda-beda.

Saya, kamu, dia, mereka dan kalian pasti punya track record pengalaman masing-masing.
Yang good trackrecord, tetaplah bekerja cerdas.
Sedangkan yang bad trackrecord, jangan malu, karena kita masih punya kesempatan merubahnya.
 Masih banyak waktu yang dapat kamu lakukan untuk menjadi lebih baik. Selama kita ingin survive,pasti ada jalan yang baik.

Melihat dari kesalahan, masalalu, pengalaman, ketidaktahuan, uji coba dan kegagalan.
Kita akan dicaci saat berada di masa proses menuju titik tujuanmu. Itulah manusia. Hanya bisa melihat kejelekan daripada kebaikan seseorang.
Pernah dengar kata gibah? lebih banyak orang senang melakukan gibah. Berawal dari budaya cangkruk hingga nongkrong, gibah pasti ada.

Maka dari itu mari kita evaluasi diri dan perbanyak mendekatkan diri pada Tuhan. Karena yang berhak menilai ialah Dia. Manusia adalah penyalur penilai saja yang masih berifat sementara.


17-08-2016

Yustisia F. 

Kamis, 28 Juli 2016

STABILITAS SISTEM KEUANGAN


Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) sebenarnya belum memiliki definisi  baku yang telah diterima secara internasional. Oleh karena itu, muncul beberapa definisi mengenai SSK yang pada intinya mengatakan bahwa suatu sistem keuangan memasuki tahap tidak stabil  pada saat sistem tersebut telah membahayakan dan menghambat kegiatan ekonomi. Di bawah ini dikutip beberapa definisi SSK yang diambil dari berbagai sumber:

” Sistem keuangan yang stabil mampu mengalokasikan sumber dana dan menyerap kejutan (shock) yang terjadi sehingga dapat mencegah gangguan terhadap kegiatan sektor riil dan sistem keuangan.”

” Sistem keuangan yang stabil adalah sistem keuangan yang kuat dan tahan terhadap berbagai gangguan ekonomi sehingga tetap mampu melakukan fungsi intermediasi, melaksanakan pembayaran dan menyebar risiko secara baik.”

” Stabilitas sistem keuangan adalah suatu kondisi dimana mekanisme ekonomi dalam penetapan harga, alokasi dana dan pengelolaan risiko berfungsi secara baik dan mendukung pertumbuhan ekonomi.”

Arti stabilitas sistem keuangan dapat dipahami dengan melakukan penelitian terhadap faktor-faktor yang dapat menyebabkan instabilitas di sektor keuangan. Ketidakstabilan sistem keuangan dapat dipicu oleh berbagai macam penyebab dan gejolak. Hal ini umumnya merupakan kombinasi antara kegagalan pasar, baik karena faktor struktural maupun perilaku. Kegagalan pasar itu sendiri dapat bersumber dari eksternal (internasional) dan internal (domestik). Risiko yang sering menyertai kegiatan dalam sistem keuangan antara lain risiko kredit, risiko likuiditas, risiko pasar dan risiko operasional.

Meningkatnya kecenderungan globalisasi sektor finansial yang didukung oleh perkembangan teknologi  menyebabkan sistem keuangan menjadi semakin terintegrasi tanpa jeda waktu dan batas wilayah. Selain itu, inovasi produk keuangan semakin dinamis dan beragam dengan kompleksitas yang semakin tinggi. Berbagai perkembangan tersebut selain dapat mengakibatkan sumber-sumber pemicu ketidakstabilan sistem keuangan meningkat dan semakin beragam, juga dapat mengakibatkan semakin sulitnya mengatasi ketidakstabilan tersebut.


Identifikasi terhadap sumber ketidakstabilan sistem keuangan umumnya lebih bersifat forward looking (melihat kedepan). Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui potensi risiko yang akan timbul serta akan mempengaruhi kondisi sistem keuangan mendatang. Atas dasar hasil identifikasi tersebut selanjutnya dilakukan analisis sampai seberapa jauh risiko berpotensi menjadi semakin membahayakan, meluas dan bersifat sistemik sehingga mampu melumpuhkan perekonomian.  

Sabtu, 25 Juni 2016

FOOD

Aku mau cerita sedikit pengalamanku terkait makanan. Ya, sejak KKN, aku belajar banyak tentang berurusan rumah tangga. Hahaha. Mulai dari hidup sederhana sampai makanan yang dimakan tiap hari. Disini aku mau cerita sedikit setelah aku dari KKN, aku lebih suka bahas dari segi makanan. Hasil makanan yang sempat aku foto ini adalah sambal tomat terasi, udang tepung, bali telor, dan ayam geprek. ini aku bikin di kosan sendirian. Aku suka makanan pedas/ada krupuknya. Jangan kaget kalau aku bikin sambal langsung 1-2 ons dan itu untuk 3-5 hari dikosan. sambal yang pernah aku bikin sambal korek, tomat, terasi, bawang, dan kecap. Lalu aku bikin udang tepung. Selama ini baru pertama kali bikin udang tepung dan aku foto. Haha. Soalnya lebih suka beli ayam daripada beli udang. Tepungnya tinggal dikit jadi tepungnya kayak tidak kelihatan di foto itu. dan saat aku foto udangnya tinggal sedikit sisanya aku makan.

Lanjut ke bali telor. Saat aku beli ¼ kg telor.. aku bosan masak telor dadar/telor rebus/telor ceplok/omelet mie/omelet telor isi wortel/tahu telor/telor gulung dan lain-lain. Akhirnya aku ada ide buat bali telor. Foto bali terlor itu bukan pertama kali aku masak bali. Sebelumnya aku pernah masak bali tahu dan telor, bali tempe dan tahu, dan bali telor dan tempe. untungnya tiap masak bali itu selalu good. Hehehe. Di foto itu, telor dadarnya nggak aku potong jadi 4/6 iris.Tapi utuh. Jadi terlihat lebar telornya. biasanya sih aku potong-potong. 

Dan foto terakhir masak ayam geprek. di foto itu, banyak sambalnya jadi tak terlihat seperti ayam geprek. Untuk ayam kentucky bisa beli diluar atau bikin sendiri. Kadang bikin sendiri dan kadang kalau males aku beli diluar. Sambalnya pakai sambal korek. Kalau kalian tidak suka bisa pakai sambal bawang/tomat. Lalu ayamnya dicampur dengan sambal dan di penyet-penyet/ di ulek dengan sambalnya. Seperti biasa sambalnya maksimal 1 ons kalau aku . hehe. soalnya aku kalau beli di KAK, AYAM GEPREK!!, selalu nambah sambal. Jadi di foto itu banyak sambalnya dan ayamnya hampir nggak kelihatan. Hehehe.

Selain itu, ada sayuran yang pernah aku masak. Seringnya masak oseng-oseng. Kadang oseng kangkung, wortel, dan kacang panjang. Bahkan bayam, sawi, cambah juga pernah aku oseng. Kalau nggak gitu ya aku rebus dan tambah sambal pecel. Pernah 2 kali aku bikin sop-sopan, 1x failed kebanyakan garam dan 1x good. Hehe. kadang juga aku tepung, kayak wortel (wortel crispy). Anak kosan mah kebanyakan observasi, kadang ya failed dan aneh gitu hehehe. 

Aku juga pernah bikin sambal goreng tahu dan tempe dikosan. Tahu kan? Enak banget masakan itu. Kalau dirumah selalu aku yang habiskan. pengen sambal goreng hati sih.. tapi apalah anak kosan Cuma bisa beli tahu dan tempe ._. semua resep kadang aku browsing dan kadang aku tanya ibukku lewat chat. Makanan paling simple itu yang sering aku beli ialah tahu. Kadang aku goreng trus aku celupin sambal kecap, kadang aku crispy jadi tahu crispy, kadang pernah jadi kripik tahu. Karena tipis banget motongnya dan kering banget nggorengnya. Semua serba coba-coba. Aku biasanya kebanyakan goreng atau di tepung. Misal kayak tahu, tempe, dan kentang. Lalu aku juga pernah masak mie dan bihun goreng isi sawi/sosis/wortel/kubis/telor dll. Hehe. pernah bikin pasta spagetti tapi sausnya masih belum bisa bikin sendiri. harus sama ibuk kalau bikin sausnya. kalau aku kadang ya langsung saus sachetnya.

Aku suka makanan yang digoreng, apalagi gorengan. Kalau ada pilihan nasi goreng dan ote-ote, aku bakal milih ote-ote. Dan aku pernah masak ote-ote. isinya ya cuma kecambah sama wortel. Ada yang failed dan ada yang cukup. Aku pernah failed karena kebanyakan cambah, jadi aneh gitu. Lalu gorengan yang aku bikin juga tempe(gambas tempe) dan tahu di tepung basah. jenis ikan yang pernah aku masak itu ikan pindang. orak arik pindang dan pindang goreng. ehehe.

Eitttssss tunggu dulu. Jangan merasa kalau aku pintar masak ya gara-gara aku cerita masakan yang pernah aku masak. Ada yang failed, ada yang nggak pakai garam karena aku anaknya lagi on diet, ada yang cukup dan ada yang good. Hehehee. 

Tapi aku kalau dirumah, diragukan oleh ibuk kalau ingin memasak. jadi harus sama ibuk. ibuk hobi masak soalnya. jadi kalau masak buatan pure sendiri itu di kosan. kalau dirumah cuma sebatas bantu ibuk motong, menumis, mengulek bumbu, mengelupas, ambil bahan, beli bahan, dan aduk-aduk.  Hmmm belum tahu kalau aku di KKN belajar banyak dari hal masak-memasak. Apalagi kalau aku nge-juice. Aku kan sekarang membawa blender di kosan. Nah,kadang-kadang aku nge-juice mangga,tomat, wortel, melon, pepaya, semangka,apel...Nggak pakai gula. Kadang aku tambahin jeruk nipis dan kadang aku mix kalau misal ada 2 buah yang aku beli dikosan. Semua karena aku menjaga berat badanku.

Tapi percayalah, kalau aku sudah berumah tangga nanti harus pakai takaran garam yang pas kok (gak on diet). Kasihan keluargaku nanti kalau nggak ada garamnya ._. harus nurut kata suami #eaaaa.


Bukannya sombong. Cuma bercerita aja tentang pengalamanku ini. Maklum masih pemula dalam belajar masak-memasak. Cuma bisa masak yang kecil-kecil aja. Jadi bawaannya pengen cerita. Hehe. kalau nggak suka, aku minta maaf. Dan mending jangan baca tulisanku lagi karena aku nggak memaksa untuk membaca ceritaku ini. whehehe. Maaf kalau aku ndeso, dan maaf kalau masakanku belum seberapa banyak yang aku belum bisa kayak kalian. Aku masih tahap belajar untuk rumah tanggaku kelak. Hehe. 

Minggu, 12 Juni 2016

MY OPINION PART 1

[[TERKADANG..]]

Dalam dunia ini terkadang ada sesuatu yang membuat senang, sedih, terhibur, hingga yang membuat kecewa. Terkadang kita tanya pada alam kenapa semua yang terjadi itu tidak adil pada kita. Terkadang kita bertanya-tanya apa maksud dari rencana yang nggak sesuai dengan harapan kita. Teka-teki apa yang sedang kita mainkan dan harus dipecahkan. Terkadang kita sudah berusaha semaksimal mungkin, namun hasil tidak sesuai ekspektasi yang dibayangkan.

Terkadang juga kita juga bertanya-tanya kenapa beberapa orang menge-judge kita dengan omongan penilaian yang tidak sesuai dengan kita. Beberapa orang hanya menilai diri kita lewat omongan ke omongan tanpa mengenal kita lebih dalam. Terkadang juga maksud yang kita fikirkan tidak sama dengan ucapan yang diomongkan. Terkadang kita bertanya mengapa orang-orang lebih mempercayai omongan dari fakta. Terkadang juga bertanya mengapa orang-orang tidak menanyakan alasan seseorang melakukan hal tersebut.

Terkadang kita bertanya siapa jodoh kita? Akupun juga bertanya-tanya. Banyak yang mengatakan jalanin dulu aja. Namun kalau hati tidak pas, apakah harus dipaksakan. Terkadang pula kita menyukai seseorang yang orang itu sudah memiliki hati untuk orang lain. terkadang juga kita mencintai seseorang yang tidak sesuai dengan kriteria sebelumnya.  

Begitu sulit memang untuk mendapatkan jawaban yang penuh dengan diluar jangkauan kita. Mungkin itu semua ada rencana yang terbaik buat kita yang tidak kita ketahui sebelumnya. Rasanya ingin tetap jalani hidup ini aja tanpa memperhatikan semua teka-teki yang membingungkan tersebut. tapi terkadang hal itu membuat kita resah sendiri. Meskipun tanpa kita sadari.

Aku. Aku merupakan orang yang sempat bertanya-tanya kepada alam. Bertanya kenapa terkadang tidak sesuai dengan yang kita inginkan. Sedih, kecewa, marah itupun bercampur menjadi satu. Namun aku tidak bisa berbuat apa-apa. Ingin menangis, namun apa yang harus aku tangisi. Menangisi sebuah jawaban yang tidak ada titik temu itu bagaikan menguras air di laut pasifik. Sia-sia. Terkadang mungkin ini memang takdirku.

Aku pernah membaca buku bahwa terkadang takdir juga bisa kita ubah meskipun tidak 180 derajat. Takdir akan berubah sedikit ketika kita berusaha. Tuhan maha mengetahui. Dia akan menolong hambanya yang berusaha mengubah takdir itu.

Tapi terkadang hal itu merupakan takdir kita bagai cobaan untuk umatnya. Apakah bisa survive atau tidak. Terkadang juga akupun menyadarinya bahwa apa yang ada di alam ini tidak ada yang kebetulan. Semua ada rencana diluar penalaran kita. 

Terkadang semua itu Cuma pertanyaan-pertanyaan yang hanya membuat kita pusing sendiri.
Terkadang........ 1 kata yang sering kita ungkapkan dan kita tanyakan.
Yang aku tahu sekarang, aku belum menemukan jawaban itu. Tapi aku percaya semua itu ada rencana indah dibalik kita bersabar dan survive dari pertanyaan teka-teki ini. 


By:
Yustisia Firosi

Selasa, 07 Juni 2016

Resiko dalam Perbankan

Dalam menjalankan kegiatan usahanya sebagai perantara keuangan, aktivitas bank selalu dihadapkan pada risiko-risiko yang dapat mempengaruhi kelancaran sistem keuangan. Risiko-risiko yang dihadapi oleh bank tersebut diantaranya adalah :

1)             Interest risk
Interest risk berkaitan dengan fungsi bank sebagai asset transformation, yaitu membeli primary securities (aset) dan menjual secondary securities (liabilities). Risiko ini akan muncul jika terdapat perbedaan karakter maturitas dan likuiditas antara primary securities dengan secondary securities. Karakter dariprimary securities biasanya memiliki maturitas yang lebih panjang dan kurang likuid jika dibandingkan dengan secondary securities. Perbedaan tersebut akan menjadi masalah jika terjadi perubahan suku bunga. Dalam hal ini perantara keuangan bias menghadapi refinancing risk atau reinvestment riskRefinancing risk adalah risiko yang dihadapi oleh perantara keuangan jika biayareborrowing dana lebih mahal dari pada pendapatan yang berasal dari aset. Sementara itu, reinvestment risk adalah risiko yang muncul jika return dari investasi turun atau menjadi lebih rendah daripada biaya penghimpunan dana.Refinancing dan reinvestment risk ini muncul karena cash flow dari aset maupun liabilities mengikuti konsep diskonto. Konsekuensinya, jika terjadi kenaikan tingkat suku bunga maka tingkat diskonto juga akan naik dan menurunkan nilai pasar dari aset maupun liabilities dan sebaliknya. Sehingga pada saat suku bunga naik dan ada kesenjangan maturitas, dan kita memegang aset yang memiliki maturitas yang lebih panjang, maka nilai pasar dari aset akan turun dengan porsi yang lebih besar daripada liabilities dan sebaliknya. 

2)             Market Risk
Risiko ini muncul dalam proses asset and liability trading sebagai akibat adanya perubahan tingkat suku bunga, nilai tukar, dan harga-harga aset lainnya. 

3)             Credit Risk
Credit risk dihadapi oleh perantara keuangan jika primary securities yang dimiliki dan kredit yang disalurkan tidak dibayar oleh peminjam atau nasabah. Risiko ini dibedakan menjadi dua, yaitu:

Ø   Risiko spesifik (firm specific credit risk)
Merupakan risiko yang timbul jika perusahaan peminjam tidak dapat membayar pinjamannya karena adanya risiko dalam proyek tersebut. Untuk mengantisipasi risiko spesifik, perantara keuangan bisa melakukan diversivikasi aset dengan cara melakukan investasi ke beberapa industri dalam satu negara. 
Ø   Risiko sistemik (systemic risk)
Risiko sistemik merupakan risiko yang muncul jika perusahaan peminjam tidak dapat membayar pinjamannya karena kondisi ekonomi makro yang tidak baik, seperti krisis ekonomi. Untuk mengantisipasi risiko sistemik, dapat dilakukan dengan melakukan diversifikasi investasi aset ke beberapa Negara.
Ø   Off-balance Sheet Risk
Risiko ini muncul jika perantara keuangan melakukan aktivitas yang berhubungan dengan sekumpulan aset dan liabilities seperti letter of credit (L/C) ketika perantara keuangan atau bank menerbitkan L/C untuk menjamin pinjaman atau kewajiban nasabahnya maka bank akan mendapatkan bayaran atas jasanya tersebut dan bayaran tersebut akan tercatat sebagai pendapatan dalam laporan laba-rugi. Tetapi, jika nasabah yang dijamin oleh bank tersebut tidak bisa memenuhi kewajibannya maka bank tersebut akan membayarnya, dan ini akan mempengarui neraca bank di masa yang akan datang berupa peningkatan transaksi yang off-balance sheet
Ø   Technology Risk
Risiko teknologi akan muncul jika investasi pada teknologi baru tidak memberikan manfaat yang sesuai. Pengembangan teknologi diharapkan mampu menurunkan biaya operasi, meningkatkan  keuntungan, dan meraih pasar baru. Dengan pengembangan teknologi, perantara keuangan bisa mencapai economies of scale dan economies of scope.Economies of scale tercapai jika perantara keuangan mampu menurunkan biaya rata-rata operasi jika output jasa keuangan meningkat. Economies of scope tercapai jika perantara keuangan mampu menciptakan sinergi dalam biaya dengan memproduksi beberapa output.
Ø   Foreign Exchange Risk
Foreign exchange risk muncul karena pengaruh nilai tukar valuta asing terhadap aset dan liabilities dari perantara keuangan. Jika terjadi depresiasi mata uang domestik terhadap mata uang asing, maka sisiliabilities yang didenominasi dalam mata uang asing akan meningkat. Masalah ini dapat diatasi dengan melakukan diversifikasi aset danliabilities terhadap lebih dari satu mata uang asing.
Ø   Country Risk
Risiko ini berhubungan dengan masalah kebijakan yang diambil oleh pemerintah.
Ø   Liquidity Risk
Risiko ini berkaitan dengan masalah likuiditas dari perantara keuangan (bank) karena ada kemungkinan bagi deposan untuk menarik dana yang mereka simpan melebihi dari biasanya. Sebagai contoh, hal ini dapat terjadi pada saat perekonomian sedang mengalami gejolak ekonomi (seperti fluktuasi nilai tukar) yang menyebabkan para penabung menarik dananya dari bank yang sakit maupun pada bank yang sehat, sehingga menimbulkan bank run. Untuk mengatasi masalah ini, biasanya pemerintah melakukan penjaminan terhadap dana yang disimpan oleh para penabung, karena penjaminan tersebut akan menyebabkan para penabung merasa aman dan mempercayai sistem perbankan. Pemerintah juga dapat bertindak sebagai the lender of the last resort, dengan memberikan bantuan likuiditas kepada bank yang mengalami masalah likuiditas.


Selasa, 05 April 2016

Stakeholder Analysis


Winning Support for Your Projects
"Stakeholder management is critical to the success of every project in every organization I have ever worked with. By engaging the right people in the right way in your project, you can make a big difference to its success... and to your career."

As you become more successful in your career, the actions you take and the projects you run will affect more and more people. The more people you affect, the more likely it is that your actions will impact people who have power and influence over your projects. These people could be strong supporters of your work – or they could block it.

Stakeholder Management is an important discipline that successful people use to win support from others. It helps them ensure that their projects succeed where others fail.
Stakeholder Analysis is the technique used to identify the key people who have to be won over. You then use Stakeholder Planning to build the support that helps you succeed.

The benefits of using a stakeholder-based approach are that:
  • You can use the opinions of the most powerful stakeholders to shape your projects at an early stage. Not only does this make it more likely that they will support you, their input can also improve the quality of your project
  • Gaining support from powerful stakeholders can help you to win more resources – this makes it more likely that your projects will be successful
  • By communicating with stakeholders early and frequently, you can ensure that they fully understand what you are doing and understand the benefits of your project – this means they can support you actively when necessary
  • You can anticipate what people's reaction to your project may be, and build into your plan the actions that will win people's support.
How to Use the Tool
The first step in Stakeholder Analysis is to identify who your stakeholders are. The next step is to work out their power, influence and interest, so you know who you should focus on. The final step is to develop a good understanding of the most important stakeholders so that you know how they are likely to respond, and so that you can work out how to win their support – you can record this analysis on a stakeholder map.

After you have used this tool and created a stakeholder map, you can use the stakeholder planning tool to plan how you will communicate with each stakeholder.
The steps of Stakeholder Analysis are explained below:

Step 1 – Identify Your Stakeholders
The first step in your Stakeholder Analysis is to brainstorm who your stakeholders are. As part of this, think of all the people who are affected by your work, who have influence or power over it, or have an interest in its successful or unsuccessful conclusion.
The table below shows some of the people who might be stakeholders in your job or in your projects:
Your boss
Shareholders
Government
Senior executives
Alliance partners
Trades associations
Your coworkers
Suppliers
The press
Your team
Lenders
Interest groups
Customers
Analysts
The public
Prospective customers
Future recruits
The community
Your family

Remember that although stakeholders may be both organizations and people, ultimately you must communicate with people. Make sure that you identify the correct individual stakeholders within a stakeholder organization.

Step 2 – Prioritize Your Stakeholders
You may now have a long list of people and organizations that are affected by your work. Some of these may have the power either to block or advance. Some may be interested in what you are doing, others may not care.
Map out your stakeholders on a Power/Interest Grid on our free template as shown in figure 1, and classify them by their power over your work and by their interest in your work.


For example, your boss is likely to have high power and influence over your projects and high interest. Your family may have high interest, but are unlikely to have power over it.
Someone's position on the grid shows you the actions you have to take with them:
  • High power, interested people: these are the people you must fully engage and make the greatest efforts to satisfy.
  • High power, less interested people: put enough work in with these people to keep them satisfied, but not so much that they become bored with your message.
  • Low power, interested people: keep these people adequately informed, and talk to them to ensure that no major issues are arising. These people can often be very helpful with the detail of your project.
  • Low power, less interested people: again, monitor these people, but do not bore them with excessive communication.
Step 3 – Understand Your Key Stakeholders
You now need to know more about your key stakeholders. You need to know how they are likely to feel about and react to your project. You also need to know how best to engage them in your project and how best to communicate with them.
Key questions that can help you understand your stakeholders are:
  • What financial or emotional interest do they have in the outcome of your work? Is it positive or negative?
  • What motivates them most of all?
  • What information do they want from you?
  • How do they want to receive information from you? What is the best way of communicating your message to them?
  • What is their current opinion of your work? Is it based on good information?
  • Who influences their opinions generally, and who influences their opinion of you? Do some of these influencers therefore become important stakeholders in their own right?
  • If they are not likely to be positive, what will win them around to support your project?
  • If you don't think you will be able to win them around, how will you manage their opposition?
  • Who else might be influenced by their opinions? Do these people become stakeholders in their own right?
A very good way of answering these questions is to talk to your stakeholders directly – people are often quite open about their views, and asking people's opinions is often the first step in building a successful relationship with them.

You can summarize the understanding you have gained on the stakeholder map, so that you can easily see which stakeholders are expected to be blockers or critics, and which stakeholders are likely to be advocates and supporters or your project. A good way of doing this is by color coding: showing advocates and supporters in green, blockers and critics in red, and others who are neutral in orange.

Figure 2 shows an example of this – in this example, you can see that a lot of effort needs to be put into persuading Piers and Michael of the benefits of the project – Janet and Amanda also need to managed well as powerful supporters.

Example:
You can create your own example of Stakeholder Analysis at work – whether for your current role, a job you want to do, or a new project.
Conduct a full Stakeholder Analysis. Ask yourself whether you are communicating as effectively as you should be with your stakeholders. What actions can you take to get more from your supporters or win over your critics?



Work Sampling

 

Description
Work sampling is a method of testing ability by giving the candidate a sample of typical work to do and evaluating their performance. Work samples may appear as short questions along the lines of 'What would you do in this situation' or more complex scenarios to analyze. At its most naturalistic, the candidate is put into a the actual job where they may spend some time actually doing real work. The normal situation, however is for the person to be given a role-play or real-life situations where the candidate acts out a realistic situation. This creates a repeatable pattern whereby multiple candidates can be given the same test and hence more easily compared. 
Job-knowledge tests focus on specific dimension or content to determine current knowledge, such as a test of knowledge about the highway code. Knowledge tests such as this may be computerized, enabling them to be taken at any time and even in any place. This also reduces the cost of administration and can reduce security issues (such as loss of exam papers). Proctoring is a method often used, whereby questions and sequences are regularly changed to reduce copying cheating. Job knowledge tests are increasing use in professional areas such as medicine and architecture.
Hands-on performance tests are used to test people for physical capabilities. For example, a psychomotor test, which is characterized by manual dexterity exercises.
Situational judgments tests, in this test people are asked how they would act in a given situation. This may be done with a multiple choice to enable automated marking. It can be used in many different jobs, for example leadership and teaching. These tests assess job knowledge and the ability of the candidate to apply this knowledge in specific situations, (rather like in situational interviewing). They can be used to assess for aptitude and trainability as well as for current knowledge, and can be helpful in recruiting people with no previous experience.
Development
Work samples, as with other selection methods often start with a job analysis of good performers. The job is typically broken down into key behavioral components, which are then used to create a checklist of desirable behaviors. From this, scenarios and case studies may be developed.

Discussion
Work samples is normally used to test current skill. It can also be used to test for the ability to learn new skills. It is based on the premise of behavioral consistency, where the way a person acts in a simulated situation is assumed to be the same as they might act on the job. It is useful for reducing bias by assessors and is perceived to be fair and valid by both recruiters and candidates, as all candidates are treated in the same way, including the amount of time to respond (although this may reduce the chances of slow writers or reflective thinkers). It removes non-job-related cognitive factors, and is visibly related to the job in question.  It has a high predictive validity of .37. to .54 and leads to less turnover of staff. Criticism of work samples includes that they are atheoretical and related to an empiricist and Western view of the individual and work (Searle, 2003). Work samples must be carefully designed to test specific items. They give problem where more attention is paid to face validity than content validity and can also miss small, but critical factors (such as color vision for engineers). In any concern for fairness, work samples are of particular value as they have both higher face validity and greater fairness for non-traditional candidates (Lievens and Klimosky, 2001).

PAJAK PENJUALAN PADA PASAR PERSAINGAN SEMPURNA


Sisi Penawaran
Asumsi Pertama:
-          Menganalisis insidens cukai tembakau
-          Tembakau hanya digunakan untuk pembuatan rokok
-          Produksi rokok mempunyai struktur biaya tetap (constant cost industry)
-          Kurva penawaran rokok sejajar dengan sumbu datar
                Diagram 9.3 menunjukan bahwa cukai rokok seluruhnya dibebankan pada konsumen. Harga rokok yang awalnya Rp 400,00 sekarang menjadi Rp 600,00 artinya terdapat cukai sebesar Rp 200,00. Selain harga yang semakin mahal cukai juga memberikan dampak lain yaitu penurunan jumlah produksi rokok sebesar 20 juta unit (100 - 80 juta unit). Jadi penerimaan pemerintah sebesar Rp 16 miliar, yaitu jumlah yang dijual sebanyak 80 juta unit dikalikan dengan tarif cukai sebesar Rp 200,00 ditunjukan oleh area H1H2AB.
Asumsi Kedua:
-          Kurva penawaran tidak sejajar dengan sumbu penawaran ataupun sumbu tegak
-          Produsen rokok hanya mampu menggeserkan sebagian saja dari beban cukai kepada konsumen
                Diagram 9.4 menunjukan bahwa beban pajak dikenakan sebagian kepada konsumen dan sebagian lainya kepada produsen. Jarak AC menunjukan besarnya cukai yang dikenakan pada setiap bungkus rokok yang dihasilkan. Beban pajak yang dikenakan konsumen sebesar AB sedangkan produsen sebesar BC. Jadi penerimaan pemerintah dari cukai ditunjukan oleh daerah H3CAH2.
Sisi Permintaan
Asumsi :
-          Adanya dua kurva permintaan yaitu D1 dan D2
-          D1 lebih inelastis daripada D2
-          Pengenakan cukai menggeser kurva penawaran sejajar dari S0 menjadi S1
                Diagram 9.5 menunjukan bahwa jarak H1H2 yaitu kenaikan harga rokok pada D1 lebih besar daripada H3H4 yaitu kenaikan harga rokok pada D2. Kenaikan tersebut menunjukan tingkat kemudahan produsen dalam menggeserkan beban pajak pada konsumen.
Kesimpulan
                Semakin elastis kurva penawaran suatu barang, semakin besar beban cukai yang dapat digeserkan oleh produsen kepada konsumen dan begitu pula sebaliknya. Lalu, semakin inelastis kurva permintaan maka semakin mudah produsen menggeserkan beban cukai kepada konsumen dan akan lebih sukar pada elastisitas permintaan rokok yang tinggi. Dalam dunia nyata sangat sedikit barang yang berada pada kurva penawaran rokok sejajar dengan sumbu datar sehingga seberapa besar beban pajak yang ditanggung konsumen dan produsen tergantung pada elastisitas kurva penawaran dan permintaan.